Selasa, 15 Mei 2012

Perisai Kasih Sayang

“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya” (HR. Thabrani).

Kasih sayang adalah perekat sekaligus perisai kehidupan orang-orang beriman. Dengan kasih sayang, orang-orang beriman di masa Rasulullah, terutama kaum Muhajirin dan Anshar, merasa lengket hatinya satu sama lain. Kasih sayang juga menjadi perisai untuk melindungi diri dari serangan orang-orang yang tak menginginkan Islam berkembang. Sebab, kasih sayang merupakan modal untuk membentuk umat yang kokoh. Persatuan umat yang kokoh merupakan modal pendobrak untuk meraih kemajuan, sekaligus perisai yang sulit didobrak.

Namun di era teknologi informasi yang kian berkembang, perisai kasih sayang antar umat Islam sering tak tergunakan. Siapa saja dengan tanpa batas bisa menyebarkan kata-katanya. Namun sayangnya, kelemahlembutan dengan sesama seringkali terabaikan dalam taraf yang menguatirkan, tergantikan dengan kata-kata yang bersifat kekerasan. Di antaranya, saling menjatuhkan, memfitnah, mengancam, dan mengejek. Mendengar kata-kata seperti ini, siapapun yang normal pasti merasa tak enak di hati. Tapi sebahagian orang merasa puas hatinya bila sudah menjatuhkan martabat saudaranya sendiri.

Disadari atau tidak, cara-cara seperti ini ikut menyumbang bagi terbentuknya umat yang terbiasa dan gemar dengan kekerasan. Dengan kata lain, umat yang terbentuk berlawanan dengan umat yang diperjuangkan dengan susah payah oleh Rasulullah. Rasulullah menginginkan umat yang bersaudara, bagaikan tubuh yang satu dan saling melindungi dan menyayangi. Jadi sungguh berbahaya mengabaikan kasih sayang. Dan yang gemar melakukannya harus bertanggungjawab terhadap dampak buruk yang terjadi terhadap umat.


SUmber : Tafakkur Serambi

0 komentar:

Posting Komentar