Minggu, 13 Januari 2013

Istri Salehah Dalam Pandangan Islam

Kiat Dan Tips Memilih Istri Menurut Ajaran Islam - Sebelumnya kami ucapkan terima kasih untuk semua sumber yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung atas artikel ini. Karena selain menjadi inspirasi buat saya sendiri juga saya yakin artikel ini banyak di butuhkan publik yang tentunya yang membutuhkannya.

Dalam pembahasan ini akan membawa bahan bahasan mengenai bagaimana islam mengajarkannya kepada semua umat muslim dalam memilih dan menentukan calon istri untuk teman hidup sepanjang hidupnya. Dalam memilih isteri, Islam mengajarkan kepada kaum lelaki muslim untuk memperhatikan dua hal esensial, yaitu:



1) silsilah keturunan calon isteri, dan
2) lingkungan tempat wanita itu hidup.

Berikut sejauh mana lingkungan tersebut berpengaruh pada kepribadiannya. Rasulullah Saw bersabda: "Pandai-pandailah memilih calon isteri karena saudara isteri akan menurunkan sifat dan karakternya pada anak kalian". Dan dalam pitutur lain Rasul Saw berujar: Pilihlah dengan benar wanita yang akan mengandung anakmu karena unsur keturunan sangat berpengaruh pada anak. Rasulullah menganjurkan untuk memilih isteri dari keluarga yang memiliki sifat-sifat terpuji, karena keluarga yang baik akan membentuk karakter yang baik pula pada diri wanita tersebut.

Islam juga menekankan untuk memilih isteri dari lingkungan sosial yang bersih, karena lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pula kepada wanita tersebut. Sebaliknya, Islam melarang kaum lelaki memilih isteri dari lingkungan yang buruk. Dalam hadis disebutkan, bahwa Rasul Saw melarang untuk mempersunting wanita cantik yang hidup di lingkungan yang sesat. Beliau bersabda:

Berhati-hatilah terhadap wanita cantik yang hidup di lingkungan yang tidak baik. Ajaran Islam juga melarang laki-laki menikahi wanita pezina. Sabda Nabi: Jangan sekalipun kalian menikahi wanita yang terang-terangan berzina. Juga wanita yang tidak sehat secara mental dan psikologis. Sebab, dikhawatirkan anak yang akan dilahirkannya akan mewarisi kegilaan ibunya. Ketika Rasul Saw ditanya, perihal menikahi wanita yang cacat mental, beliau menjawab: Jangan!

Ali bin Abi Thalib Ra mengingatkan kepada para pria Muslim untuk tidak menikahi wanita dungu, karena dikhawatirkan anak yang bakal dilahirkannya akan mewarisi kedunguannya. Selain itu, wanita dungu tidak akan mampu mendidik anak dengan baik dan benar. Ali Ra berujar: Jangan sekalipun kalian mengawini wanita dungu karena bergaul dengan wanita seperti itu merupakan petaka bagi seseorang dan anak yang dilahirkan bakal tidak berguna. Tatkala salah seorang sahabat berkonsultasi kepada Rasul Saw perihal kriteria dasar calon istri, beliau menjawab tegas: Nilai keimanan dan loyalitas keagamaan harus dijadikan acuan utama memilih pendamping hidup. Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwa suatu hari, seseorang datang menemui Rasul Saw dan meminta nasehat darinya tentang perkawinan. Rasul saw bersabda: Pilihlah wanita yang loyal kepada agamanya, niscaya engkau akan bahagia” (HR Muslim).

Memilih pesangan hidup harus memprioritaskan masalah agama di atas harta dan kecantikan wanita. Karenanya Rasul Saw mengingatkan: Jika lelaki mengawini seorang wanita karena kecantikan atau hartanya, ia tidak bakal mendapatkan apa yang ia cari itu. Tetapi bila ia mengawininya karena agamanya, Allah pasti akan memberinya kecantikan dan harta” (HR Turmudzi). Seorang pria harus memilih wanita salehah dan dari klan keluarga baik-baik untuk pendamping hidupnya, sebab wanita yang berasal dari keturunan yang baik dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang beriman, akan menjadi wanita yang taat beragama. Wanita seperti inilah yang kelak jika bersuami dapat mendidik anak-anaknya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Islam.

Para pria yang hendak menyunting wanita untuk pendamping hidupnya, hendaknya menentukan pilihannya kepada wanita yang bisa mengantarkannya atau menjadi mitra hidupnya, untuk meraih kebahahiaan abadi di negeri akhirat (surga Allah), sebagaimana pitutur Rasul Saw: Jika wanita salat lima waktunya, berpuasa di bulannya, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya, maka kelak akan dikatakan kepadanya:‘Masuklah ke dalam surga dari pintu surga mana saja yang kamu sukai’ (HR Ibnu Hibban dan Thabrani). Sebaliknya, hendaknya para lelaki tidak menikahi wanita jahat. Dalam sebuah riwayat dituturkan: Kejahatan seorang wanita jahat adalah seperti jahatnya seribu orang jahat dari kaum lelaki. Kebaikan seorang wanita yang salehah adalah sepadan dengan amal saleh tujuh puluh orang-orang shiddiqin.

Dalam sebuah riwayat ditandaskan, Rasul Saw bersabda tentang wanita yang digaransi (dijamin) masuk surga, yaitu:
1) Wanita yang memelihara dirinya, taat kepada Allah dan suami, subur (bisa mempunyai anak) serta sabar;

2) Menerima apa yang ada—pemberian suami—walaupun sedikit, dan bersifat pemalu;

3) Jika suaminya pergi, ia menjaga dirinya dan harta suaminya;

4) Wanita yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia mempunyai anak yang masih kecil-kecil lalu ia menahan dirinya, memelihara dan mendidik anak-anaknya, serta berbuat baik terhadap mereka dan tidak mau nikah lagi karena takut menyia-siakan mereka.

Rasul Saw juga mewartakan tentang wanita yang kelak menjadi penghuni neraka, yaitu:
1) Wanita yang jelek lisannya terhadap suami, jika suaminya pergi, ia tidak menjaga dirinya. Jika suaminya di rumah, ia menyakiti suaminya dengan ucapannya;

2) Wanita yang membebani suami (dengan tuntutan) yang suami tidak mampu melakukannya;

3) Wanita yang tidak menutup dirinya dari lelaki lain dan ia keluar dari rumahnya dengan berhias;

4) Wanita yang sama sekali tidak memiliki keinginan kecuali makan, minum, dan tidur. Ia tidak memiliki gairah untuk mengerjakan salat, untuk mentaati Allah Azza wa Jalla, mentaati Rasul, serta tidak mentaati suaminya. Maka jika ada wanita memiliki sifat-sifat tersebut, ia adalah wanita terlaknat, serta bakal menjadi penghuni neraka Allah, kecuali jika ia bertaubat.

Rasul Saw mewartakan karakteristik dasar wanita baik yang layak dijadikan mitra hidup, guna mengarungi bahtera kehidupan di alam wujud ini. Diantara karakter dasar pasangan hidup yang baik itu ialah:

Pertama:
Menyejukkan hati apabila dipandang. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Umamah al-Bahiliy dituturkan: Bagi seorang Mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah, maka tidak ada sesuatu paling berguna bagi dirinya selain istri yang saleh, yaitu wanita yang taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, beramanah bila diberi janji, dan menjaga kehormatan dirinya dan suaminya ketika suaminya pergi (HR Ibnu Majah).

Kedua:
Bisa dipercaya. Sa’ad bin Abi Waqas meriwayatkan, bahwasanya Rasul Saw bersabda: Ada tiga macam keberuntungan di dunia ini, yaitu istri yang salehah, kalau kamu lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu; kuda yang penurut dan cepat larinya sehingga dapat membawa kamu menyusul temen-temanmu; rumah besar yang banyak didatangi tamu-tamu (HR Hakim).

Ketiga:
Memendarkan nuansa teduh dan ketenangan pikir. Allah Azza wa Jalla mewartakan dalam Alquran: Di antara tanda kekuasaan-Nya yaitu Dia menciptakan pasangan untuk diri kamu dari jenis kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh ketenangan bersamanya dan Dia menjadikan rasa cinta dan kasih sayang antara kamu. Sungguh di dalam hal yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan) bagi kaum yang berpikir (QS al-Rum/30: 21).

Keempat:
Menjadi motivator ibadah dan meneguhkan aqidah. Rasul Saw bersabda: Barangsiapa diberi oleh Allah istri yang salehah, maka sesungguhnya ia telah diberi pertolongan oleh Allah meraih separuh agamanya. Kemudian hendaklah ia bertakwa kepada Allah di dalam memelihara separuh lainnya (HR Thabrani dan Hakim).

Ajaran Islam memberi tuntunan terbaik kepada para lelaki di dalam menjatuhkan pilihannya kepada wanita yang hendak dijadikan pendamping hidup, agar pernikahannya membuahkan berkah hidup dan kehidupan dunia akhirat. Adapun kriteria wanita baik yang patut dijadikan istri, sebagaimana diajarkan Alquran dan Sunnah Nabi ialah:

1. Wanita yang memiliki rasa takut kepada Allah (bertakwa);

2. Wanita yang memiliki keimanan jernih kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk;

3. Wanita yang tulus bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan naik haji bagi yang mampu;

4. Wanita yang berkepribadian ihsanah, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya;

5. Wanita yang tulus ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap azab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya;

6. Wanita yang gemar membaca dan mendaras Alquran, serta berusaha memahami kandungan isinya, berzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata;

7. Wanita yang tegak menghidupkan amar makruf dan nahi munkar pada keluarga maupun lingkungan masyarakatnya;

8. Wanita yang teguh berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki;

9. Wanita yang senang menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang menzaliminya;

10. Wanita yang rajin berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia;

11. Wanita yang senantiasa menegakkan sendi-sendi keadilan, serta berlaku adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk;

12. Wanita yang eksis menjaga lisannya dari perkataan dusta, tidak bersaksi maupun berjanji palsu dan tidak menceritakan kejelekan orang lain (ghibah);

13. Wanita yang menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya;

14. Wanita yang selalu berbakti kepada kedua orang tuanya, dan suaminya jika telah menikah;

15. Wanita yang suka menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

Semoga bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar